Sunday, September 30, 2007

Lagu Mbah Gesang Pernah Gak Laku (?)


"BUNGAWAN SORROOOO, RIWATAMU DURRUUU...." Itu bayangan saya ketika membayangkan seorang Jepang menyanyikan salah satu lagu karangan Gesang yang sangat terkenal itu. Penggalan lagu yang sangat familiar dengan kuping kita ini, dinyanyikan oleh Ny. Yokoyama Kazue. Siapa Ny. Yokoyama Kazue ini? Dia adalah Ketua Yayasan Peduli Gesang. Dia datang jauh-jauh dari Jepang untuk menunjukkan appresiasi kepada sang maestro yang sederhana itu. Dia bukan hanya sendirian, tetapi ia membawa serta sekitar 100 orang anggota Yayasan Peduli Gesang di Jepang.

Ups, lupa menyebutkan konteksnya. Hari ini, Gesang ulang tahun ke 90 tahun. Ia lahir di Solo tanggal 1 Oktober 1917. Sayangnya hanya sedikit informasi tentang awal karir Mbah Gesang ini, karena lebih mudah bagi saya mencari nama-nama pengarang bule yang sebenarnya gak terlalu terkenal, dibandingkan dengan nama Mbah Gesang. Mas Wiki hanya menulis 3 alinea tentang Mbah Gesang.

Gak apalah, yang penting dalam kenyataannya, lagu-lagu Mbah Gesang memang sangat luar biasa. Seandainya di jaman dulu ada MTV, kayaknya tidak aneh kalau lagu-lagu Mbah Gesang bisa mendapat MTV Award, atau Platinum atau yang sejenisnya. Lagu-lagu gubahannya yang sangat terkenal antara lain : Bengawan Solo, Jembatan Merah (Para Bonekmania pasti malu, lagu Jembatan Merah ditulis sama wong Solo hahaha.....), dan bagi penggemar Waljinah, lagu Caping Gunung merupakan salah satu lagu wajib era tahun 90-an (Kalau pas pulang dari Semarang ke Cilacap, naik bis ekonomi, kadang pengamen yang menyanyikan lagu ini sampai 3 atau 4 pengamen!!).

Selain itu, ada lagu-lagu lainnya, Luntur (pernah dengar?), Bumi Emas Tanah Airku (yang seperti apa lagunya, gak tahu juga), Dongengan (juga lagu yang asing), dan juga beberapa lagu lainnya, yang kalaupun ditulis di sini tidak akan ring any bell, asing bagi telinga kita. Bayangkan, bahkan pujangga sekaliber Mbah Gesang juga pernah menuliskan lagu, yang tidak 'meledak' di pasaran, alias (maaf) kurang laku. Bahkan dari daftar lagu karangan Mbah Gesang ini, yang kelihatannya menjadi hits hanya sebagian kecil saja.

Bisa dipastikan bahwa lagu Bengawan Solo, Jembatan Merah dan Caping Gunung, bukanlah lagu-lagu pertama yang diciptakan oleh Mbah Gesang. Artinya, ada beberapa lagu yang kasetnya jeblok di pasaran dan tidak menguntungkan. Kalau Mbah Gesang berhenti ketika menyadari bahwa (misalnya) lagu Pandanwangi tidak terlalu digemari, maka tidak akan muncul lagu Bengawan Solo dan Surabaya tidak akan memiliki kenangan yang romantis mengenai Jembatan Merah.

Failure, kegagalan dalam usaha awal, merupakan gunung yang sangat tinggi untuk dilewati. Banyak orang tidak berhasil melampauinya. Apalagi di jaman instan, dimana orang maunya begitu membuat sesuatu, langsung laku; begitu menulis lagu, maunya langsung jadi hits; begitu nulis buku, maunya langsung jadi best seller.

Jadi ingat perkataan Benjamin Franklin, "Do not fear failure, you will know mistakes. Continue to reach out." Karena pernah gagal, kita tahu mana yang salah dan mana yang benar, mana yang bisa berhasil dan mana yang akan gagal. Terus berjuang, itu yang menjadi rahasianya.

Wednesday, September 26, 2007

Si Lalat Naga


"Kemalo--kem, kinjeng itik, kinjeng kebo kem.." Itu sepenggal frase dari "Lagu Menangkap Capung" yang biasa dinyanyikan ketika aku masih kecil, di Cilacap sana. (Kok malah ingat kalau Cilacap itu sudah jadi jauuuuh banget).
Artinya tidak terlalu jelas, bahkan bagi penyanyinya sekalipun. Tetapi yang pasti, ada keyakinan bahwa ketika mendengar lagu itu, capung-capung akan tertarik dan berbondong-bondong mengantri untuk ditangkap. Walaupun sampai sekarang aku gak pernah bisa secara ilmiah membuktikan data statistik, tapi selama bertahun-tahun lagu itu tetap dinyanyikan. Belum ada data ilmiah menjelaskan, apa efek lagu itu kepada capung, dan berapa efektifitas lagu itu untuk menangkap capung.

Capung, atau dalam bahasa Inggrisnya dragonfly (lalat naga) memang sebuah fenomena yang menarik untuk diamati. (Hehe... kelihatan seperti pakar yang sudah lama mengamati, padahal pas kebetulan saja pergi ke Bali kunjungi tanah kantor, banyak capung di sana). Tapi bener, capung memang extraordinary creature, makhluk yang luar biasa.


Wikipedia menyebutkan kalau capung adalah serangga tercepat di dunia, dengan kecepatan terbang 60 km/h (pantesan waktu kecil kalau nguber capung sampai kringetan dan ngos-ngosan tetep gak ketangkep, coba kalau dari dulu baca Wikipedia, pasti gak sampai begitunya......).


Capung juga merupakan serangga penjelajah yang sangat memiliki jiwa petualang. Disebutkan bahwa dalam satu hari, dia bisa menjelajahi jarak sejauh 135 km dalam sehari. (Ini juga menjelaskan mengapa khayalan saya waktu kecil, bersahabat dengan capung, gak pernah kesampaian. Dasar dianya jalan-jalan terus sih, padahal kalau aku pergi ke seberang jalan saja sudah disuruh pulang ...)


Penglihatan capung juga luar biasa. Matanya memiliki 30.000 facet optik, yang membuat dia bisa melihat hampir 360 derajat. (Gugur sudah keyakinanku bahwa capung bisa ditangkap dengan mudah dari belakang, dia ternyata bisa melihat juga).


Ada lagi, si lalat naga ini memiliki kemampuan kamuflase yang sangat luar biasa. Makanya sulit untuk melihat keberadaannya, apalagi kalau dia sedang berdiam diri.

Saking luar biasanya, di Jepang (masih kata mas Wiki), capung dipakai untuk melambangkan keberanian, kekuatan dan kebahagiaan. Bahkan Jepang sering disebut juga sebagai Akitsushima (the Land of the Dragonflies).


Sesuatu yang sederhana, ternyata memiliki kompleksitas dan kehebatan yang luar biasa. Satu lesson, friends, kalau kita mau sungguh-sungguh belajar dan memperhatikan, maka bahkan dari yang nampaknya kecil dan sepele, banyak hal yang bisa kita pelajari. Jangan meremehkan sesuatu (atau seseorang) hanya karena ia kecil, sepele, dan nampaknya tidak berarti.


Sed quae stulta sunt mundi elegit Deus ut confundat sapientes et infirma mundi elegit Deus ut confundat fortia (Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat)

Tuesday, September 25, 2007

Pantai Perancak Juga Bagus



Sempat menjalani weekend di Bali. Bukan di Kuta, Nusa Dua, Denpasar, Sanur, Seminyak atau tempat-tempat yang eksotis lainnya. Weekend di Negara, dan jalan-jalannya ke Perancak, sekitar 10 km di selatan Negara. Di Negara mana? Masih di Negara Indonesia, tentu saja :) Negara adalah kota terbesar di Kabupaten Jembrana, dan letaknya sekitar 1 jam perjalanan (dengan bis atau mobil tentu saja) dari Gilimanuk.

Ahh.. kembali lagi ke pembicaraan mengenai Perancak. Sebuah desa kecil, gak ada di peta, tapi lumayan Ok untuk tempat istirahat sementara. Untuk jangka panjang, kayaknya sulit, karena jauh dari kota, jauh dari semua fasilitas, dan juga (ehm...) jauh dari mall. Hanya mereka yang suka menyepi yang betah di sana, yaitu yang suka dengan Bali yang asli, yang masih sunyi, belum ada hellomisto (sebutan orang lokal untuk turis berkulit putih. Kemungkinan besar dari kata "Hello Mister." Dasar lidah lokal!!). Bunyi musik angklung Bali (gak tahu apa nama Balinya) terdengar mengiringi hari yang dilalui sambil bersantai di bawah naungan Jineng (gazebo orang Bali yang super full angin).

Pantainya, bagus banget. Memang masih kotor karena belum ada yang mengurus dengan baik, tetapi sunset di sana memang bagus banget. Pantai yang landai sampai jauh sangat cocok untuk orang-orang yang gak bisa berenang kayak saya ini. Bagi mereka yang hobby cari kerang, wah di sini surganya. Kerang beraneka jenis, bentuk, ukuran, dan warna bertebaran di pantai Perancak, tinggal menunggu diambil.

See you di Perancak.

Thursday, September 20, 2007

Bersatu Kita Berani



Di WBL (Wisata Bahari Lamongan, lagi...), ada 3 bahana yang menantang mereka yang datang untuk menguji nyali, yaitu Planet Kaca, Istana Bajak Laut dan Rumah Sakit Hantu. Dari namanya saja memang sudah kedengaran menyeramkan. Dan memang bisa dikatakan tempat itu dibuat untuk nakut-nakutin.

Membayangkan bahwa masuk ke dalam salah satu wahana itu sendirian saja, mungkin sangat tidak menarik. Walaupun tahu bahwa itu hanya bahana dan semua yang ada "bohong-bohongan," tetapi karena suasananya memang dirancang untuk membuat takut, hati juga merasa ngeri ketika memasukinya.

Tetapi memasukinya secara bersama-sama dengan banyak orang lain membuat kengerian itu justru menjadi fun, menyenangkan. Memang masih tersisa rasa ngeri, sehingga tidak ada yang secara sukarela berjalan di depan, tetapi tidaklah sengeri kalau berjalan sendirian di sana. Karena tidak ada yang mengajukan diri, maka Mr. B selalu ditunjuk di depan, untuk membuka pintu supaya yang berjalan di belakang siap dengan semua kejutan yang ada di dalam wahana itu. Aku berjalan di tengah. Dan istriku? Gak usah dikomentari.

Kebersamaan memang membuat keberanian bertambah. Kebersamaan juga membuat sebuah persoalan yang nampaknya berat bisa menjadi terasa lebih ringan.

Orang Inggris dengan tepat mengatakan tentang adanya "strength in number" kekuatan di dalam jumlah yang banyak. Di dalam kebersamaan ada sinergi yang menggabungkan kekuatan, sehingga kekuatan yang kecil menjadi besar.

Apakah kita kuat? Tidak terlalu. Tetapi kalau digabungkan, akan tumbuh kekuatan yang lebih besar.


non sint in vobis scismata sitis autem perfecti in eodem sensu et in eadem sententia (jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya hendaklah kamu erat bersatu dan sehati sepikir)

Wednesday, September 19, 2007

OH NO, Aku Tidak Romantis!!!



Membaca sebuah kuis tentang seberapa romantisnya suami terhadap istri, aku jadi shock berat, karena aku termasuk dalam golongan suami yang tidak romantis. Masak iya sih, aku tidak romantis? Ada beberapa parameter yang menjadi ukuran romantis atau tidaknya seorang suami, dan hasil kuis yang saya isi, hasilnya hampir semua tidak memuaskan.


Say it with flower (Katakan dengan bunga). Ada pertanyaan, dalam 1 tahun terakhir, berapa kali saya memberikan bunga kepada istri? Aku mencoba mengingat-ingat, kapan terakhir aku beli bunga untuk istriku. Tetapi itu sulit dijawab. Yang lebih mudah, seumur hidup, berapa kali aku memberikan bunga untuk istriku? Jawabannya


Speak out your love (Ungkapkan rasa cinta anda). Pertanyaanya: Dalam satu hari, berapa kali anda mengatakan "I love you" kepada istri anda? Ini juga sulit untuk dijawab. Semakin mencoba mengingat, semakin saya merasa bersalah. SAYA TIDAK INGAT KAPAN SAYA TERAKHIR KALI MENGATAKAN "I LOVE YOU" KEPADA ISTRI SAYA!!


Candle light dinner (Makan malam di luar berdua). Pertanyaanya: Dalam satu bulan, berapa kali makan malam di luar, berdua saja dengan istri? Nilai untuk pertanyaan ini juga buruk. Setiap kali kami makan di luar (yang tidak terlalu sering terjadi), selalu yang berangkat adalah serombongan besar. Saya, istri, dan dua orang anak bersama-sama. Tidak terlalu romantis, karena yang ada adalah persoalan pemesanan makanan, persoalan rebutan nyicip makanan sesamanya.


Love gift surprise (Kejutan hadiah cinta kasih). Kalau yang ini, saya pernah mencoba, paling tidak berusaha, tetapi hasilnya tidak terlalu memuaskan. Ukurannya kekecilan, harganya kemahalan, warnanya terlalu ramai. Tetap tidak terlalu baik.


Parah sekali, nilai romantisku jeblok. Tetapi apakah itu berarti aku tidak sayang istri? Gak bisa dibilang begitu. Kalau memang semua yang ada di kuis itu memang ukuran cinta kasih, aku pasti lakukan. Tapi aku bisa bayangkan bagaimana wajah istriku kalau aku beli bunga buat dia, kalau aku ajak dia makan malam berdua, kalau aku kasih kejutan lagi.


Untuk coba-coba jadi romantis, aku dapat ide satu kalimat. Mudah-mudahan cukup romantis. Ini buat istriku:


Kalau satu bintang jatuh setiap kali aku merasakan cinta kepadamu, nanti malam tidak akan ada lagi bintang di angkasa.


Romantis apa enggak ya?


Tuesday, September 18, 2007

Hati yang Gembira



Apakah rekreasi selalu membuat orang berbahagia? Teorinya, ya. Orang rekreasi akan mendapatkan refreshment, penyegaran kembali, itu makanya rekreasi sering di sebut refreshing, penyegaran. Tetapi, apakah kemudian rekreasi selalu membuat orang berbahagia?

Ternyata tidak, friend. Itu sangat tergantung dari situasi hati orang yang sedang rekreasi itu. Banyak orang yang baru pulang dari rekreasi, nulis keluhan di surat kabar. Apakah karena puas? Jarang orang mengeluh karena puas. Mereka mengeluh karena tidak puas. Tidak puas karena makanan yang ada, tidak puas karena kualitas kendaraan, tidak puas karena keterlambatan perjalanan, tidak puas karena macam-macam hal yang lain. Semua itu membuat suasana hati mereka tidak enak, dan rekreasi itu tidak membuat mereka bahagia.

Friend, kalau suasana hati tidak baik, maka apapun bentuk rekreasinya, tidak akan bisa membuat orang itu merasa berbahagia. Dia akan menemukan banyak masalah, kekurangan, dan kesalahan di dalam setiap sisi dari rekreasi itu.

Bagusnya, dalam rekreasi di Wisata Bahari Lamongan kemarin (sorry, masih suasana WBL), semua nampaknya mengalami kebahagiaan. Mulai dari berangkat, di jalan, selama di sana, maupun dalam perjalanan pulang. Ada kesalahan perhitungan (Resto Court tidak mau buka, wahana renang air asin tidak buka), tetapi semua tetap enjoy dan berbahagia. Modal yang bagus, karena hati yang gembira membuat semangat kerja bertambah lagi, setelah dikejar deadline dan semua kesibukan yang ada.
Lalu apa lesson yang bisa diambil? Bahagia atau tidak, bukan bergantung kepada situasi di sekitar kita, tetapi kepada situasi hati kita. Hati yang gembira akan memberi semangat baru.

Animus gaudens aetatem floridam facit spiritus tristis exsiccat ossa
(Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang)

Sunday, September 16, 2007

Tanjung Kodok




Jumat lalu akhirnya jadi juga berangkat ke WBL, Wisata Bahari Lamongan. Perjalanan panjang, tetapi kayaknya semua orang enjoy saja.


Menariknya, nama hotelnya adalah Tanjung Kodok. Tidak ada yang menarik dari nama itu, dan sama sekali tidak indah untuk didengar. Tanpa menghubungkannya dengan hotel dan WBL, maka nama itu menjadi nama yang akan sekedar berlalu, dan tidak menyenangkan untuk didatangani, seperti nama tempat lain yang memakai nama binatang. Sungai Buaya di Kalimantan Barat, tempat yang tidak membuat orang menengok dua kali. Batu Rusa di Pulau Bangka, yang hanya menjadi sekedar salah satu sungai di antara banyak sungai dalam perjalanan dari Sungailiat ke Pangkalpinang.


Apa yang membuat Tanjung Kodok menarik? Pasti bukan karena kodok lebih indah dibandingkan dengan buaya atau rusa di atas, tetapi karena Tanjung Kodok sudah mengalami perubahan. Karang yang terjal dan tajam sudah diubah menjadi beach resort yang menarik dengan fasilitas yang menyenangkan. Kengerian terjalnya karang sudah diubah menjadi sea view untuk memandang sun set yang spektakuler. Kesunyian karang sudah diubah menjadi keramahan dari mereka yang bekerja di hotel itu.


What's the lessson? Sederhana saja. People, kita juga basicnya tidak indah, tidak menyenangkan dan tidak menarik. Hanya kalau kita membiarkan diri kita diubah menjadi lebih baik, maka kita akan menjadi lebih menarik dan berguna bagi sesama kita.


Tidak ada yang lebih mematikan kreatifitas dan sekaligus keindahan kita dibandingkan dengan kata "Memang sudah dari sononya begini," atau "Pokoknya saya memang begini" atau "Latar belakang saya memang begini," atau bahkan lebih parah lagi, "Orang lain harus mengerti kalau memang saya sifatnya begini."




Thursday, September 13, 2007

Relevan di Berbagai Jaman



Kadangkala saya bertanya dalam hati, mengapa setelah jaman nano (nano-age) yang serba sangat canggih ini, pabrik lilin masih eksist. Di toko, bahkan di mall, masih bisa dibeli lilin dengan beraneka macam, warna dan bentuk. Padahal listrik di banyak tempat tersedia dengan lumayan baik. Senter dengan dry cell battery, juga melimpah di mana-mana dengan harga ekonomis.

Tetapi pertanyaan itu terjawab karena walaupun kecil, lilin memberikan banyak kepada manusia, bahkan di jaman post-nuclear-age ini. Tekhnologi yang ditemukan di Mesir sekitar tahun 3000 sM itu, masih sangat relevan digunakan di abad XXI yang supramodern ini. Beberapa kegunaan yang menonjol dari lilin:
  1. Untuk ibadah. Walaupun sudah ada listrik, banyak umat beragama yang memakai lilin untuk ibadah. Di wihara, gereja Katolik, dan hampir seluruh umat Kristiani akan menyalakan lilin ketika menyanyikan lagu Malam Kudus di hari Natal.
  2. Untuk celebration. Apa yang dipasang di kue ulang tahun? Bukan senter tentu saja! Apalagi lampu minyak! Bukan juga lampu listrik yang ribet dengan kabelnya! Lilin dipakai dalam celebration ulang tahun ini.
  3. Last but not least, untuk cadangan kalau listrik mati. Rasanya lilin masih menjadi pilihan yang sangat digemari untuk menjadi penerang alternatif kalau listrik mati.
Dari lilin ini, banyak yang bisa kita pelajari. Salah satunya yang sangat menonjol : be relevant. Mungkin kita bukan generasi super-modern. Mungkin kita peninggalan abad lalu (Kalau anda lahir tahun 1999 atau sebelumnya, anda termasuk di dalamnya). Tetapi bagaimana membuat diri kita tetap relevan dengan keadaan dan kebutuhan sekarang, itu yang sangat penting untuk diusahakan.


Bonis operibus praeesse qui credunt Deo haec sunt bona et utilia hominibus (Mereka yang sudah percaya kepada Allah harus sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik, itulah yang baik dan berguna bagi manusia)

Memandang dan Melihat



Memandang dan melihat menggunakan alat yang sama, tetapi dengan hasil yang berbeda. Ada yang memandang, tetapi tidak melihatnya. Dalam bahasa Inggris ada look into dan juga ada see. Mereka yang look into belum tentu see.

Bagi mereka yang hanya memandang dunia, tidak banyak yang akan dilihat. Kuncinya adalah untuk dengan seksama memperhatikan apa yang ada, dan melihat sinarnya, walau hanya sekedar glimmer (kilauan kecil). Saat terang yang benderang itu hilang, bahkan glimmer sekalipun sudah sangat menolong.


Dan memang terang, dari matahari, bulan, lampu atau lilin, itu baik. Seharusnya kita menikmati terang itu, bukan hanya sekedar memandang, tetapi dengan sengaja memperhatikan dan melihatnya. Ada kebaikan yang akan kita rasakan, ketika kita melihat terang itu.


Vidit Deus lucem quod esset bona (Dan Tuhan melihat bahwa terang itu baik)