Monday, September 22, 2008

Rambu Kehidupan


Saya senang mengadakan perjalanan malam hari, baik naik bus maupun kereta api. Perjalanan malam selalu mengingatkan masa-masa muda dulu, waktu kalau mau ngapel harus naik bus 2 hari 1 malam, dari Ungaran ke Palembang. Waktu orang-orang tidur, pemandangan temaram di sepanjang kiri kanan jalan membuat suasana menjadi bagus sekali. Sunyi, tenang, hening, dan rasanya inilah yang disebut dalam bahasa Inggris tranquility. Tidak ada kebisingan, dan juga sedikit kemacetan.

Sesempurna itukah? Tidak juga. Salah satu hal yang mengesalkan dalam perjalanan yang demikian adalah karena saya tidak selalu bisa tahu, perjalanan itu sudah sampai dimana. Sering saya bangun di malam hari, dan kemudian bertanya-tanya, dalam hati, "Sudah sampai dimana ini?" Tidak mudah untuk menemukan jawabannya. Seringkali saya mencoba melihat keluar dan mencari-cari Sekolah, atau Kantor, atau bangunan apapun yang mungkin mencantumkan alamatnya. Dalam sedikit kasus, itu bisa menolong, khususnya kalau menemukan tulisan "Selamat datang di Kabupaten ...." Langsung bisa tahu bahwa perjalanan sudah ditempuh (misalnya) hampir setengah, dll. Tetapi yang membuat frustasi adalah kalau melihat tulisan besar, menunjukkan tempat dengan benar, tetapi sama sekali tidak memberi informasi yang memadai. Contohnya, tulisan di papan nama Sekolah, "SD Kawedungan V". Biarpun saya tahu bahwa saya ada di Kawedungan, tetapi itu tidak memberikan informasi apapun yang saya perlukan. Dan itu membuat saya semakin bingung. Dalam keadaan yang tenang dan hening serta nyaman saja, bisa menjadi mengesalkan kalau tidak tahu dimana saat itu kita sedang berada.

Saya membayangkan bahwa kehidupan kita seringkali sangat mirip dengan perjalanan. Ada saatnya sangat menyenangkan, ada saatnya terasa sangat berat. Baik dalam keadaan menyenangkan atau memberatkan, akan terasa mengesalkan kalau tidak tahu, sebenarnya kita sedang berada di mana. Kalau sedang senang, kita ingin tahu, sampai kapan kesenangan itu akan kita rasakan. Kalau sedang berat, kita ingin tahu, sampai kapan masalah yang memberatkan itu harus kita hadapi. Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah "Where do we go from here?" (Habis ini, terus kemana lagi?)

Untung saya naik bus, yang sopirnya sangat paham lokasi dan arah perjalanan, sehingga biarpun saya bingung, saya tidak akan tersesat. Kalau sopirnya bingung, saya bingung, penumpang lain juga bingung, maka yang ada adalah sekumpulan orang bingung yang tersesat di malam hari yang gelap. Buruk? Ya! Buruk sekali. Dan yang tidak kalah buruknya (bahkan jauh lebih buruk lagi), adalah kalau kita sesat dalam kehidupan rohani kita, tidak tahu sedang ada dimana, tidak tahu arah kemana yang dituju, tidak tahu kapan sampainya.

Untuk menjamin bahwa kita tidak akan mengalami nasib yang demikian, pastikan bahwa kita berpegang kepada rambu yang jelas dan berharap kepada sopir yang handal.

Deduc me in semita mandatorum tuorum quia ipsam volui. (Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya)