Thursday, December 11, 2008

Tentang Kabut


"Desember tlah tiba, hore-hore-hore!" Ini jiplakan bebas dari sebuah lagu anak-anak. Ya, bulan ini memang sudah memasuki bulan terakhir dari tahun ini. Artinya, sudah sampai di penghujung tahun 2008 dan hampir masuk ke tahun yang baru, tahun 2009. Tinggal sebentar lagi, maka kalender harus dibaharui.

Datangnya bulan Desember berarti datangnya banyak hal. Tentu saja, datangnya bulan Desember berarti datangnya masa Natal. Banyak hal yang bisa dinantikan terjadi pada Natal tahun ini, entah apa, tetapi pasti ada sesuatu. Bulan Desember tahun ini membawa sesuatu yang lain. Mungkin akibat dari Global Warming atau pengaruh sesuatu yang lain, musim hujan tahun datangnya sangat terlambat. Biasanya bulan Oktober sudah mulai hujan, tetapi tahun ini, musim hujan datang pada awal bulan Desember.

Sebuah fenomena yang biasa muncul pada saat hari hujan, mulai bisa dilihat di awal-awal bulan ini, khususnya beberapa hari lalu. Kabut. Banyak sisi indah dari kabut. Ada yang menyebutnya temaram, remang dan putih indah. Tetapi banyak juga yang tidak merasa beruntung karena kabut. Banyak kecelakaan, baik di darat, laut ataupun di udara, yang terjadi karena kabut (http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Accidents_involving_fog), khususnya karena kabut membuat jarak pandang menjadi sangat terbatas.

Dan memang apapun yang dikatakan orang, kabut membuat pandangan menjadi sangat terbatas. Ketika kabut turun di perumahan kami, bahkan rumah di depan rumah kami hampir tidak nampak. Apalagi rumah-rumah yang berjarak beberapa puluh meter, hanya nampak lampunya saja yang remang.

Ah… menuju tahun 2009, bukankah tahun ini juga masih diselimuti kabut? Ada ketidakpastian di sana. Ada hal-hal yang seolah-olah sudah nampak ssmar-samar, tetapi belum sepenuhnya jelas. Ada banyak hal yang justru belum nampak sama sekali. Tetapi kita tidak memiliki pilihan lain kecuali memasukinya. Mau tidak mau, kita harus masuk ke tahun itu, walaupun mungkin ada yang sebenarnya memilih tetap di tahun 2008 ini saja, khususnya bagi mereka yang di tahun depan memasuki masa yang belum terbayangkan sebelumnya; pensiun, empty nest (anak-anak harus keluar dari rumah karena berbagai alasa), atau yang masih ingin tetap pada usia seperti tahun ini. (Ada yang bilang kepada saya, “Wah tahun depan aku sudah 39 tahun, tua banget ya... ).

Mau tidak mau, senang atau tidak, bagaimanapun tebalnya kabut tahun 2009, kita harus memasukinya. Cara yang terbaik adalah dengan terus memandang kepada sumber tuntunan utama bagi kita, dengan terus berharap kepada pertolongan Tuhan. Dia adalah sumber Terang yang menerangi jalan kita. Kalau kita memusatkan perhatian kepada Terang itu, maka kita tidak mungkin melewatkannya, dan Terang itu akan terus membimbing kita melewati kabut. Suatu saat, kabut akan berlalu, dan keadaan menjadi lebih jelas bagi kita.

Sebuah puisi tentang kabut dari Stephen Muller

The Dense Fog
I see not what others see
The fog is used to blind me
That fog of routine that is of life
Unable to see what is near
It is near impossible to hear
Only the little light makes it through
That light is what I see
The possibility of unhindered vision
But that is only for a moment
For tomorrow the fog will roll back
And that is how all life is
For my generation and yours
This fog is here to stay

Terjemahan bebasnya

Kabut Tebal
Ku tak melihat apa yang orang lain lihat
Kabut membutakan aku
Kabut rutinitas yang ada dalam kehidupan
Tak mampu melihat apa yang dekat
Hampir mustahil untuk mendengar
Hanya cahaya kecil yang menembusnya
Cahaya itulah yang aku lihat
Memampukan aku untuk memandang
Namun itu hanya sementara
Karena esok akan ada kabut yang lain
Dan itulah kehidupan
Bagi generasi anda dan saya
Tetap akan ada kabut di sana

Kabut akan tetap ada, tetapi kita harus menjalaninya dengan keyakinan. Yakinlah bahwa ketika anda berpegang kepada Tuhan, Ia akan menuntun anda melewati setiap tahapan di dalam kabut itu.

No comments: