Tuesday, January 20, 2009

Kembali Belajar


Akhir bulan lalu, anak-anak disibukkan dengan ujian akhir di sekolah. Anak pertama, Yosua (lebih sering dipanggil Trubus di sekolahnya) kelas 6 di SDK Sang Timur, Batu; sementara adiknya, Theresa, kelas 2 di SD yang sama. Dan sebagaimana biasanya, terjadi sedikit kontras di antara kedua anak saya. Bagi Theresa, belajar untuk ujian merupakan sesuatu yang sangat serius dan ia memang sudah mulai belajar sejak sore hari. Tetapi bagi Yosua, kelihatannya ia sangat menghayati apa yang ada di dalam UUD 1945 bahwa pendidikan dan belajar adalah “hak” seluruh rakyat. (“Hak”, dan bukan “kewajiban.”) Itu mendorong saya untuk secara pribadi “mendampingi” dia dalam belajar (Artinya, saya duduk di depannya waktu belajar) dan mencoba menolongnya, menjelaskan beberapa hal yang kurang dipahaminya.

Semua berjalan dengan baik dalam pelajaran bahasa Indonesia; saya masih ingat tentang penggunaan tanda baca dan sejenisnya (walaupun sering salah pakai juga). Dalam pelajaran IPS, saya juga masih Ok, apalagi mengenai Majapahit (Thanks untuk mas Langit Kresna Hariadi untuk buku seri Gajah Mada yang merupakan salah satu cara pelajaran sejarah yang menarik). Pelajaran IPA juga masih tidak terlalu bermasalah, karena saya masih ingat tentang kelopak bunga, atau tentang konduktor. Bahasa Inggris juga tidak terlalu menjadi masalah.

Tantangan yang paling berat, seperti biasa adalah matematika. Ilmu saya yang paling tinggi adalah perkalian x dan y, dan yang sejenisnya. Menghitung bidang masih bisa dikira-kira. Tetapi ada rumus yang dari dulu saya gak ngerti, dan bahkan sampai sekarangpun lebih gak ngerti. Rumus yang namanya “akar pangkat”. Saya masih percaya bahwa di luar sana, entah di negeri yang mana, ada orang yang memakai “akar pangkat” kalau mau menghitung sesuatu. Tetapi sepanjang hidup saya, saya belum pernah memakai itu untuk menghitung apapun secara benar (bahkan waktu di sekolah, saya salah terus nebak jawaban akar pangkat ini). Dan lebih lagi, saya belum pernah bertemu dengan orang yang ketika mau hitung-hitungan sama saya, kemudian mengatakan, “Kita buat dulu akar pangkat dua, baru kita tahu berapa kembaliannya.” Atau, “Gaji anda adalah akar pangkat dua dari jam pekerjaan dikalikan akar pangkat tiga …….” Belum pernah. Belum pernah sekalipun!

Kalau sudah jam 20:30 malam, jam selesai belajar anak-anak, sambil baca buku saya bersyukur, untung saya bisa lulus walaupun saya blas tidak paham tentang akar pangkat ini. Kalau syarat orang lulus sekolah harus paham dulu akar pangkat, mungkin saya masih harus ditungguin Bapak saya, belajar dan belum lulus-lulus sampai sekarang. (Sigh….)

Tapi untung saja, ada hal lain yang saya bisa. Dan daripada menyesali yang memang tidak mungkin saya kuasai, mendingan berjuang memperdalam yang saya kuasai, dan menjadikannya applicable, bisa diterapkan dan berguna bagi sesama (dan ekonomi keluarga juga pastinya…J )

Jadi ingat apa yang dibilang Napoleon Hill

If you cannot do great things, do small things in a great way.

No comments: