Wednesday, April 16, 2008

Belajar tentang akuntabilitas


Dari antara semua tempat pelayanan yang pernah dijalani, pelayanan di rumah menjadi tempat yang paling mengajar saya untuk menjaga akuntabilitas saya. Di rumah itulah saya menghadapi orang-orang yang paling keras dalam mendidik saya untuk memelihara akuntabilitas saya. Di rumah saya, orang-orang di dalamnya--khususnya anak-anak--sama sekali tidak sungkan untuk mengingatkan saya untuk menjaga akuntabilitas saya.

Yosua dan Theresa tentu saja tidak paham kalau ditanya tentang arti akuntabilitas, tetapi mereka sering melakukan banyak hal yang mendidik saya dalam hal itu. Mereka mengingatkan saya akan janji yang saya ucapkan (yang belum ditepati). Mereka menegur saya atas ketidaksopanan yang saya lakukan di depan mereka (padahal saya sering menegur mereka atas tindakan ketidaksopanan yang sama). Mereka mengingatkan saya akan peraturan yang saya buat (kalau saya melanggarnya sendiri).

Anak saya yang perempuan memiliki hobby membaca. Sangat sulit untuk menghentikan dia dari membaca. Kalau dia tidak tidur bersama kami, seringkali dia masuk ke kamar dan kemudian membaca sampai jauh malam. Tadi malam misalnya, jam 12 malam isteri saya masuk ke kamarnya untuk mengambil sesuatu. Ternyata dia masih membaca bukunya!

Pada awalnya saya membuat peraturan yang melarang anggota di rumah untuk membaca sambil berbaring di tempat tidur, karena memang efeknya yang tidak bagus untuk mata. Peraturan itu ditentang keras oleh anak perempuan saya, karena ia memang sangat suka membaca sebelum tidur. Tetapi ia mengalah juga, dan mengakali aturan dengan tetap membaca, tetapi sambil duduk di tempat tidur.

Suatu saat, karena saya sedang sangat seru membaca sebuah buku baru, saya membawanya ke tempat tidur dan BERBARING SAMBIL MEMBACA. Anak saya langsung datang dan mengatakan, "Pak, tidak boleh membaca sambil berbaring!" Saya sedikit ngeles dengan mengatakan, "Bapak tidak membaca sambil berbaring, tetapi berbaring sambil membaca."

Tentu jawaban itu bukan jawaban yang baik dan memuaskan dia. Akhirnya, dibuat rapat keluarga lagi untuk melonggarkan aturan tentang membaca di tempat tidur. Diputuskan bahwa membaca di tempat tidur diperbolehkan, tetapi tetap tidak boleh sampai larut malam.

Anak-anak di rumah memang sangat sering melakukan teguran yang demikian, hampir seimbang dengan teguran yang kami, orang tua, berikan kepada mereka. Mereka juga pernah menegur mengenai jam nonton TV, dengan mengatakan, "Jam 7 kan jam belajar, kok Bapak masih nonton?" Mereka juga pernah mengingatkan mengenai janji-janji yang sudah dibuat, misalnya: "Kan Bapak sudah janji mau mendongeng malam ini!" atau "Kan Bapak sama Mamak sudah janji kalau hari ini kita berenang" . Dan banyak teguran yang lainnya.

Di dalam sebuah proses belajar akuntabilitas, memang diperlukan orang-orang yang demikian, yang berani menegur dan mengingatkan kita tanpa ada sungkan, demi kebaikan kita masing-masing. System dan struktur mungkin tidak bisa sepenuhnya menolong dalam mendidik diri untuk akuntabilitas ini. Yang diperlukan, selain system dan struktur, adalah sahabat-sahabat yang siap menegur kita, menolong kita menjunjung tinggi akuntabilitas kita. Memang ditegur menyakitkan, tetapi lebih baik daripada dirasani dan dianggap tidak bisa dipercaya.


doctrina mala deserenti viam qui increpationes odit morietur (Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati)

1 comment:

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the OLED, I hope you enjoy. The address is http://oled-brasil.blogspot.com. A hug.