Wednesday, September 26, 2007

Si Lalat Naga


"Kemalo--kem, kinjeng itik, kinjeng kebo kem.." Itu sepenggal frase dari "Lagu Menangkap Capung" yang biasa dinyanyikan ketika aku masih kecil, di Cilacap sana. (Kok malah ingat kalau Cilacap itu sudah jadi jauuuuh banget).
Artinya tidak terlalu jelas, bahkan bagi penyanyinya sekalipun. Tetapi yang pasti, ada keyakinan bahwa ketika mendengar lagu itu, capung-capung akan tertarik dan berbondong-bondong mengantri untuk ditangkap. Walaupun sampai sekarang aku gak pernah bisa secara ilmiah membuktikan data statistik, tapi selama bertahun-tahun lagu itu tetap dinyanyikan. Belum ada data ilmiah menjelaskan, apa efek lagu itu kepada capung, dan berapa efektifitas lagu itu untuk menangkap capung.

Capung, atau dalam bahasa Inggrisnya dragonfly (lalat naga) memang sebuah fenomena yang menarik untuk diamati. (Hehe... kelihatan seperti pakar yang sudah lama mengamati, padahal pas kebetulan saja pergi ke Bali kunjungi tanah kantor, banyak capung di sana). Tapi bener, capung memang extraordinary creature, makhluk yang luar biasa.


Wikipedia menyebutkan kalau capung adalah serangga tercepat di dunia, dengan kecepatan terbang 60 km/h (pantesan waktu kecil kalau nguber capung sampai kringetan dan ngos-ngosan tetep gak ketangkep, coba kalau dari dulu baca Wikipedia, pasti gak sampai begitunya......).


Capung juga merupakan serangga penjelajah yang sangat memiliki jiwa petualang. Disebutkan bahwa dalam satu hari, dia bisa menjelajahi jarak sejauh 135 km dalam sehari. (Ini juga menjelaskan mengapa khayalan saya waktu kecil, bersahabat dengan capung, gak pernah kesampaian. Dasar dianya jalan-jalan terus sih, padahal kalau aku pergi ke seberang jalan saja sudah disuruh pulang ...)


Penglihatan capung juga luar biasa. Matanya memiliki 30.000 facet optik, yang membuat dia bisa melihat hampir 360 derajat. (Gugur sudah keyakinanku bahwa capung bisa ditangkap dengan mudah dari belakang, dia ternyata bisa melihat juga).


Ada lagi, si lalat naga ini memiliki kemampuan kamuflase yang sangat luar biasa. Makanya sulit untuk melihat keberadaannya, apalagi kalau dia sedang berdiam diri.

Saking luar biasanya, di Jepang (masih kata mas Wiki), capung dipakai untuk melambangkan keberanian, kekuatan dan kebahagiaan. Bahkan Jepang sering disebut juga sebagai Akitsushima (the Land of the Dragonflies).


Sesuatu yang sederhana, ternyata memiliki kompleksitas dan kehebatan yang luar biasa. Satu lesson, friends, kalau kita mau sungguh-sungguh belajar dan memperhatikan, maka bahkan dari yang nampaknya kecil dan sepele, banyak hal yang bisa kita pelajari. Jangan meremehkan sesuatu (atau seseorang) hanya karena ia kecil, sepele, dan nampaknya tidak berarti.


Sed quae stulta sunt mundi elegit Deus ut confundat sapientes et infirma mundi elegit Deus ut confundat fortia (Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat)

No comments: