Wednesday, November 14, 2007

Gak Ada Waktu?


Kenapa kadangkala kita merasa bahwa waktu kita sangat kurang sekali, ya? Kita sering 'kepepet' oleh waktu, dan bahkan sering juga 'kehabisan' waktu. Sebenarnya, setiap hari kita mendapatkan jatah waktu 24 jam. Semua orang yang lain di dunia ini juga mendapatkan jatah yang sama. Dalam satu minggu, kita semua mendapatkan waktu sebanyak 168 jam. Coba kita bayangkan pemakaian waktu kita dalam seminggu :



  1. Kalau dalam sehari kita tidur 8 jam, misalnya dari jam 10 malam sampai jam 6 pagi, (atau 6 jam tidur malam tambah 2 jam tidur siang), dalam satu minggu kita tidur 56 jam. Maka jumlah waktu kita dalam satu minggu masih tersisa 112 jam. (kalau sudah lewat 17 tahun, kelihatannya jarang yang tidur sampai 8 jam sehari).


  2. Kalau setiap hari (kecuali Minggu) kita bekerja 10 jam; yaitu 9 jam di kantor dan 1 jam di rumah (walaupun jarang ada yang menggunakan 10 jam pada hari Sabtu untuk kerja secara full, hanya untuk memudahkan penghitungan dan membayar kekurangan perhitungan seandainya di hari yang lain bekerja lebih dari 10 jam), dalam satu minggu kita bekerja 60 jam. Maka dalam satu minggu jumlah waktu yang tersisa masih ada 52 jam.

Itu dua kegiatan yang paling lama menyita waktu, dan yang harus terjadi setiap harinya, hampir tanpa ada kecuali. So, setelah dihitung, sebenarnya masih ada 52 jam waktu yang bisa kita pakai untuk Ibadah, untuk keluarga, dan untuk pribadi, untuk bertetangga, dan untuk lain-lainnya. Tetapi nampaknya, kita terus merasa sangat sibuk dan bahkan terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk apapun yang lain selain pekerjaan kita.

Rasanya tidak berdosa kalau kita mengambil waktu beberapa jam seminggu untuk menikmati kehidupan. Ada kisah mengenai seorang pemuda yang berkata kepada pendetanya, "Kita harus terus bekerja, karena Iblis terus sedang bekerja. Ia tidak pernah beristirahat, karena itu kita juga harus terus berjuang." Pendetanya dengan tenang menjawab, "Hanya Iblis yang tidak beristirahat. Kalau manusia tidak mau beristirahat, jangan-jangan ada pengaruh Iblis di dalam orang itu."

Kuncinya adalah pengaturan waktu. Kalau semua waktu tidur dan waktu kerja itu tidak bisa kita kurangi, kita toh masih memiliki 52 jam.



  1. Kalau 5% saja dari waktu luang itu yang kita pakai untuk pribadi, kita punya waktu 2,5 jam seminggu untuk pribadi.


  2. 20% kita pakai untuk keluarga, kita punya hampir 11 jam dengan keluarga, hampir 1,5 jam setiap hari bercengkrama dengan keluarga. Not bad at all.


  3. 25% untuk ibadah, berarti ada waktu 13 jam setiap minggu untuk Devotion dan Ibadah (ada yang kurang dari itu?).

Setelah dihitung-hitung, masih ada sisa 25 jam!! Wah, mau ngapain kita 25 jam. Mandi, makan, baca buku, apa lagi ya??? Wah, ternyata, dalam perhitungannya, untuk menghabiskan sisa waktu itu sama susahnya dengan untuk menyisihkan waktu dari kesibukan kita.

Bagaimana kalau ternyata ada perhitungan yang meleset? Kalau sehari tidurnya tidak 8 jam, tetapi ada yang hanya 7 jam? Dari pada repot, tambahkan saja surplus jam tidur ke hari Sabtunya, jadi bangunnya jam 7. Bagaimana kalau ternyata justru tidurnya kelebihan, ada yang sampai 8 jam? Kalau bisa diambil dari jam tidur hari selanjutnya, bagus. Kalau tidak, ambil saja dari surplus 25 jam itu.

Bagaimana dengan kurangnya waktu untuk bekerja? Sebenarnya ada yang mengatakan, kalau otak dan fisik kita dipaksa bekerja lebih dari 10 jam sehari, kurang bagus juga. Tetapi kalau memang terpaksa, bisa tambah juga dari surplus 25 jam itu. Konsekwensinya, tidak bisa tambah jam tidur, mandinya jangan lama-lama, makannya jangan banyak-banyak (hehe....).

Ketika Allah mengatur bahwa kita hanya memiliki 24 jam sehari, Ia sudah tahu bahwa waktunya cukup bagi kita. Mengaturnya dengan bijaksana, dan melaksanakannya dengan disiplin, itu kuncinya. Tetapi memang, sebagaimana saya juga sering kehilangan kunci pintu, kunci motor, kunci lain-lain, saya juga sering kehilangan kunci pengaturan waktu itu.

Jadi, emang susah atur waktunya....

τον καιρον ξαγοραζόμενοι (take the most of every opportunity, manfaatkan waktu sebaik-baiknya)

No comments: