Wednesday, November 28, 2007

Apa Artinya Sebuah Nama?


Di rumah akhirnya disepakati secara tidak resmi bahwa nama anjing kami adalah Doki. Bukan Flopsy seperti usulan saya dan Yosua; bukan pula Chinner seperti usulan Theresa, dan bukan pula Hus, Keluar! seperti yang dikatakan isteri saya (meskipun ia masih tetap memanggil Doky dengan nama itu). Nama yang dipilih Doki, bukan Doggy. Tetap mengingatkan dia bahwa dirinya adalah seekor Dog, tetapi juga bahwa namanya sudah berubah karena ia sudah menjadi "anjing baru" (apakah ini cocok sebagai padanan untuk "manusia baru"? Saya kurang yakin, tetapi gak ada istilah lain).

Ratusan tahun lalu, Shakespeare, pujangga terkenal dari Inggris yang hidup pada peralihan Abad XVII (ia lahir tahun 1564 dan meninggal pada tanggal 23 April 1616), menuliskan sebuah naskah drama yang sangat terkenal. Drama itu berjudul Romeo and Juliet, sebuah kisah percintaan romantis-tragis. Salah satu pernyataannya yang kemudian menjadi sangat terkenal diucapkannya melalui mulut Juliet,

What's in a name?
That which we will call a rose.
By any other word would smell as sweet

(Terj bebas: Apa artinya nama?
Yang kita sebut sebagai mawar.
Dinamai apapun akan tetap sama harumnya)

Pernyataan itu kemudian diterima sebagai sebuah kebenaran yang hampir tidak pernah dipertanyakan. Biar apapun namanya, batu tetaplah keras. Biar apapun namanya, nasi empok tetap enak. Biar apapun namanya, mangga manalagi tetap the best fruit. Biar apapun namanya, sayur daun kates tetap is the best... (Hehe... subyektif banget).

Saya bukan Shakespeare dan tidak selevel sama sekali dengan dia, tetapi saya berani mengatakan bahwa ia tidak sepenuhnya benar. Saya yakin sekali bahwa nama memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi manusia. Bagi manusia, nama bukanlah hanya seperti selembar pakaian yang menempel tetapi tidak melekat kepada tubuh manusia. Ketika nama diberikan kepada seseorang, maka nama itu sudah menjadi bagian dari keberadaan manusia itu sendiri. Itulah sebabnya, bahkan di dalam bahasa Indonesia, kita mengenal ada istilah 'nama besar' atau 'nama baik.' Memang tidak berarti ada sebuah nama yang lebih besar atau lebih baik dibandingkan nama lainnya, tetapi istilah itu menunjukkan bahwa nama bukanlah sekedar sebuah asesoris tambahan.

Setiap orang tua yang memberikan nama kepada anaknya--kalau ia berpikir panjang--tidak akan memberikan nama secara sembarangan. Ia akan berusaha memilih nama yang baik untuk anaknya, walaupun mungkin untuk mereka yang berlainan bahasa, nama itu mungkin menjadi tidak indah kedengarannya, (mis: nama Aristobulus (Roma 16:10), artinya adalah "Penasehat terbaik. Meski ia seorang yang baik, jarang orang Kristen di Indonesia memakai namanya. Mungkin karena takut dipanggil "Pak Bulus" yang sama sekali tidak indah). Memang ada juga orang-orang yang nyentrik, yang memberi nama anaknya dengan nama yang aneh-aneh. (Kalau mau lihat daftarnya, coba klik http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_nama_orang_yang_aneh). Tetapi mereka tergolong kepada orang yang aneh dan sangat tidak biasa.

Banyak orang Kristen yang memilihkan nama dari Alkitab untuk anak-anak mereka. Meskipun ada seorang teman yang anti melakukannya, sampai ia mengatakan, "Saya takut memberi nama anak saya dari nama Alkitab. Nanti kalau jadi penjahat, memalukan gereja saja." Tetapi saya memberi nama anak saya dengan keyakinan dan harapan bahwa anak saya menjadi anak yang baik dan berguna.

Nama anak saya yang pertama, Yosua Trubus Aji Santosa, memiliki nama yang sudah dipikirkan secara sungguh-sungguh. Yosua adalah seorang pahlawan Alkitab, namanya יְהוֹשֻׁעַ berarti Allah adalah Penyelamat. Trubus berarti "Bertunas." Aji berarti "Berharga" dan Santosa berarti "Kuat."

Nama anak saya yang kedua, Theresa Margaretha Palupi Sarwendah. Nama yang sangat panjang, karena memang diimport dari kedua sisi nenek moyang. Istri saya mengusulkan nama Theresa, yang diambil dari kata Yunani θερος (theros) "Musim Panas", atau kata θεριζω (therizo) "Menuai". Rupanya di Gerika sana, orang menuai pada musim panas. Dari pihak mertua sata mengusulkan nama Margaretha, yang diambil dari kata Yunani μαργαριτης (margarites) yang berarti "Mutiara." Dari orang tua saya mengusulkan nama "Palupi Sarwendah" yang sangat nJawani. Nama itu berarti Teladan (Palupi) dalam semua kebaikan (Sarwendah). Dari saya sendiri? Saya gak mengusulkan apa-apa, takut jadi tambah kepanjangan, nama itu sudah cukup panjang untuknya.

Nama-nama itu tentu saja sesuai dengan harapan kami sebagai orang tua, bahwa mereka akan menjadi orang-orang yang sepadan dengan nama yang mereka sandang. Sekarang, nama itu melekat kepada mereka, menjadi bagian dari identitas dasar mereka.

Di dalam Alkitab, nama juga memiliki makna yang sangat dalam. Nama selalu membuat kita menghubungkan dengan sebuah pribadi. Abraham, Ishak, Yakub, Daud, Salomo, Petrus, Paulus, bukanlah hanya sekedar serangkaian kata-kata. Mereka mewakili pribadi-pribadi yang sangat kita kenal.

Belum lagi berbicara mengenai nama yang sangat spesial, yang diberikan secara khusus kepada sang Juruselamat. Nama itu sudah diberikan kepadaNya bahkan sebelum Ia dilahirkan. Yusuf dan Maria tidak bisa memberi nama kepada Anak itu sekehendak hati mereka, karena nama bagi Dia sudah ditentukan. Nama itu menjadi jaminan yang besar bagi manusia.

So, mungkin batu karang tetap keras kalau disebut dengan nama yang lain, tetapi setiap kali kita menyebut batu karang, kita akan mengingat benda yang keras itu, bukan benda yang lainnya, karena nama "batu karang" memang sudah melekat kepada benda itu. Mawar tetap harum jika diberi nama yang lain; tetapi ketika kita menyebut kata "Mawar", yang muncul dalam pikiran selalu bunga yang harum itu, karena nama "Mawar" memang melekat kepada bunga itu.



No comments: