Monday, September 28, 2009

Belajar Percaya


Untuk pertama kalinya, tadi malam kami membiarkan anak-anak naik sepeda motor sendiri. Jarak yang ditempuh memang tidak terlalu jauh, tetapi membiarkan kedua anak saya naik motor sendiri--Yosua memboncengkan Theresa--memang bukan sesuatu yang bisa dilakukan tanpa perasaan was-was dan juga khawatir. Tadi malam itu, Yosua hanya memboncengkan Theresa dalam jarak hanya sekitar 600 meter, dari depan Hotel Metropole sampai ke rumah.


Awalnya, memang tidak ada rencana untuk membiarkan terjadinya persitiwa itu. Rencananya, karena kemarin memang hari terakhir mereka liburan Lebaran tahun 2009, kami mengajak mereka makan di luar. Rencana dibuat, tetapi kemudian ingat bahwa banyak Rumah Makan masih tutup, termasuk RM Pelangi, yang sering menjadi langganan kalau ada rencana makan di luar. Kemudian dibuat kesepakatan untuk makan di warung POLENAK, sebuah warung kecil di depan Hotel Metropole. Maunya jalan bersama--saya, istri saya, Yosua dan Theresa. Tetapi karena sekalian mau ngisi bensin untuk sepeda motor, Yosua mengajukan diri untuk mengisi bensin, dan dengan itu, membawa sepeda motor.


Ternyata warung POLENAK juga tutup. Setelah bingung berpikir, dan sudah semakin lapar, akhirnya diputuskan untuk makan di warung Pak Cip, sebuah warung yang (lebih) kecil juga, dan jenis makanan yang sangat terbatas.


Di warung kecil, dengan meja kecil dan kursi yang kecil itu, saya duduk di sebelah Yosua. Saat itu saya memperhatikan baik-baik badannya, dan ternyata dia sudah sebesar saya!!! Saya tidak harus menunduk sama sekali ketika berbicara dengan dia. Saya melihat bahwa badannya tegap dan wajahnya sudah dihiasi denga kumis tipis-tipis (dan tentu saja, jerawat juga). Wah.. anakku, sudah besar kamu, Nak.


Makan malam bersama juga tidak berlangsung lama, karena Yosua sebenarnya sudah janjian sama temannya, dan karena itu, ia tidak bisa berlama-lama ngobrol, kemudian ia harus pergi (Apakah ini juga ciri bahwa anakku ini memang sudah besar?).


Waktu ia mau pergi dengan sepeda motor, Theresa kemudian berkata, "Aku ikut Kakak aja naik motor." Ahh.... hampir tidak percaya. Tidak biasanya ia mau ikut Kakaknya. Bahkan bisa dikatakan, sangat jarang ia mau dekat-dekat dengan Kakaknya, karena pasti akan diganggu dan akan terjadi pertengkaran. Tetapi tadi malam, Theresa langsung mau ikut Kakaknya. Tetapi tunggu dulu. Mungkinkah kami membiarkan Yosua memboncengkan adiknya pulang? Walaupun jaraknya sangat dekat dan Yosua sudah sangat mahir mengendarai sepeda motor, tetapi bisakah kami sungguh-sungguh membiarkan dia, sendirian, memboncengkan adiknya pulang?


Kami sudah biasa menyuruh Yosua untuk pergi ke beberapa tempat dengan mengendarai sepeda motor. Biasanya, itu terjadi kalau kami membutuhkan sesuatu, dan kami malas berangkat sendiri. Maka saya, istri saya, 2 keponakan saya, biasanya dengan mudah meminta tolong Yosua untuk membelinya, dengan naik sepeda motor. Tidak ada masalah dengan semua itu. Tetapi, ia tidak pernah memboncengkan adiknya sendirian saja. Biasanya selalu ada saya atau Ibunya yang mendampingi. Tadi malam, sempat beberapa menit saya berpikir dan berbicara dengan istri saya. Bisakah kami membiarkan Yosua memboncengkan Theresa?


Ternyata ia bisa. Setelah kami mengjinkannya, mereka berdua pulang, dan tidak ada masalah apapun.


Ini membawa saya kepada sebuah kesadaran. Masalah yang sebenarnya bukanlah kepada "Apakah Yosua bisa atau tidak?" tetapi lebih kepada "Apakah saya percaya bahwa ia bisa?" Dan ternyata ia membuktikan bahwa ia bisa.


Saya membayangkan bahwa ke depan, bukan hanya masalah sepeda motor. Peristiwa yang berkaitan dengan sepeda motor tadi malam hanya masalah kecil. Akan datang saatnya dimana Yosua akan memperhadapkan kami kepada perkara-perkara yang lebih besar, lebih rumit, dan lebih membingungkan. Pada saat seperti itu, keputusan akan jauh lebih sulit. Tetapi, mungkin sedikit demi sedikit kami bisa belajar. Belajar untuk melihat kemampuannya, dan belajar untuk bisa sungguh-sungguh mempercayainya, bahwa ia bisa menjadi pribadi yang belajar untuk berjuang dan belajar untuk bertanggungjawab.


No comments: