Tuesday, September 22, 2009

The relativity of time


WARNING & DISCLAIMER : Teori ini tidak ada hubungannya dengan teori relativitas Einstein, atau penjelasan "route-dependent" dari Hermann Bondi (yang memang tidak saya pahami blas, dan karena itu tidak menjadi inspirasi untuk teori saya ini hehehe....).


Di sebuah kamar, di dekat Telaga Sarangan, anak saya yang kecil, Theresa, mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak terlalu sulit untuk dijawab. "Pak, batas antara pagi sama siang, siang sama sore, sore sama malam, itu dimana sih?"


Anak ini rupanya masih memendam perasaan tidak terlalu senang, ketika diminta masuk ke kamar dan beristirahat karena hari sudah cukup larut. Dia merasa bahwa waktu itu masih sore, dan belum malam, dan karena itu ia masih memiliki hak untuk bermain di luar, menikmati pemandangan indah di kaki gunung. Memang lampu-lampu yang bercahaya di bawah--dari kota Magetan dan Madiun jauh di bawah kaki gunung sana-- sangat indah, dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Tetapi karena angin pegunungan memang cukup keras, Ibunya merasa bahwa anak itu harus masuk kamar dan istirahat.


Pertanyaan yang sederhana itu--yang memang tidak bisa dijawab dengan ilmu eksakta--menjadi sebuah diskusi yang panjang mengenai the relativity of time, relativisme waktu (hehe... sebuah teori yang muncul karena kebutuhan untuk ngeles dari anak). Saya memulai dengan hipotesa yang saya munculkan, "Pagi atau siang, sore atau malam, sangat relatif, bergantung kepada keadaan yang menyertainya." Dan seperti yang sudah saya duga, anak saya itu mengajukan pertanyaan analisanya, "Maksudnya?" Tentu saya sudah menyiapkan jawabannya. "Jam 9 itu disebut kesiangan, kalau ada anak yang baru bangun jam segitu, tetapi jam 9 disebut kepagian kalau ada anak sekolah yang masuk siang, sudah berangkat jam segitu." Lalu "Jam 8 malam itu masih disebut kesorean dan belum malam, kalau Pak Satpam malam sudah datang di pos jam segitu. Tetapi jam 8 malam, juga disebut sebagai kemalaman kalau kamu baru mandi jam segitu."


Luar biasanya, ternyata konsep itu sangat mudah diterima oleh anak kecil itu. Anak saya dengan tertawa mengatakan, "Oh ya, bener juga ya Pak," dan kemudian mengakhiri perdebatan mengenai apakah saat ia dipanggil Ibunya itu masih sore atau memang sudah malam. Tetapi Dengan mudah anak saya memahami teori relativity of time ini sebagai sebuah kebenaran yang bisa diterimanya dengan baik. Ia langsung siap untuk memakai baju tidurnya, sikat gigi, berdoa dan tidur. Hahaha... It works!!! It works!!!


Mungkin teori ini memang hanya bisa diterapkan untuk anak-anak, yang tidak terbebani oleh berbagai macam aturan dan jadwal yang njlimet seperti orang tua. Dalam kehidupan anak-anak, waktu bagi mereka sangat sederhana. Yang ada hanya pagi, siang, sore, dan malam, dan semua kegiatan diatur berdasarkan ritme dan pemahaman yang sederhana tentang perbedaan waktu-waktu itu. Pagi adalah untuk bangun tidur dan persiapan sekolah, pagi juga adalah untuk sekolah, siang adalah untuk pulang sekolah, makan siang, main dan tidur siang, sore adalah untuk mandi dan belajar, dan malam adalah untuk tidur. Semua kegiatan lain, dengan mudah bisa disisipkan di antaranya. Tidak ada masalah kalau ada teman datang, atau kalau ada film kartun yang bagus, atau kalau diajak orang tua jalan-jalan ke mall atau ke taman bermain. Dengan mudah, tambahan kegiatan itu disisipkan tanpa merusak suasana hari itu.


Sekarang, kembali ke dunia orang dewasa. Not so simple.... Semua kegiatan sudah harus disusun rapi dalam ukuran jam, dan bahkan 15 menitan. The great tyrans yaitu deadline dan target, mengejar terus. Waktu tidaklah sederhana, tetapi waktu selalu complicated, rumit. Sebuah tambahan acara atau kegiatan bisa mengacaukan seluruh hari. Sebuah keterlambatan, ---karena rekanan yang terlambat, karena macet, atau karena hal lain-- bisa merusak seluruh rencana sehari. Dan kacaunya jadwal satu orang dalam sehari akan mengganggu ritme pekerjaan orang sekantor, sehingga suasana kantor juga akan menjadi terganggu karenanya.


Give yourself a break, Buddy.
Memang sangat tidak bertanggungjawab kalau kita menjadi lamban dan menghambat kemajuan team, tetapi memaksa diri kita untuk selalu dikuasai oleh jadwal dan agenda, akan membawa pengaruh buruk bagi tubuh dan juga jiwa kita. Sesekali, tidak ada salahnya ambil waktu untuk break bersama keluarga. Dan dalam saat seperti itu, jadikan agenda menjadi lebih longgar. Kalau makan pagi terlambat, enjoy saja. Kalau jalan menuju taman bermain macet... take it easy... Kalau permainan dengan anak dan istri di Taman bermain menjadi lebih lama dari yang dipikirkan sebelumnya, just play...


Tekanan yang berlebihan akan membuat kita tegang. Sesekali fleksibel akan membuat kita lebih relaks dan --rasanya--lebih produktif.


Para todas las cosas hay sazón, y toda voluntad debajo del cielo, tiene su tiempo determinado
(Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.)

No comments: